Berbagi Ide
Waktu adalah uang. Jika ada waktu luang, sempatkan dirimu untuk merenung dan menulis sesuatu
Jumat, 03 Juli 2015
Minggu, 14 Juni 2015
APA ITU RINDU?
APA ITU RINDU?
“RINDU” adalah sebuah kata yang tidak lazim
kita dengar, bahkan diucapkan setiap hari. Bagi mereka yang tengah mengadu
nasib di tanah rantau; mengatakan “rindu akan kampung halaman atau bertemu
orang tua” serikali terucap. Bagi mereka yang tengah kasmaran, kata RINDU pun
seringkali dijadikan status media social dengan segala pola dan bentuknya.
Saya pun jadi teringat akan status seorang
sahabat di facebook. Dia menuliskan, “Lagi merajut RINDU di antara malam yang
dingin dan jarak yang terlampau jauh. Semoga RINDU ini selamat sampai
tujuan.” Ada juga seorang sahabat yang
mengirim pesan, “RINDU itu seperti bumi menanti hujan, seperti malam menanti
datangnya pagi, seperti langit yang diterangi bintang, dan seperti gelap yang
mengharpakan cahaya.” Itulah dua contoh, betapa RINDU itu sangat berpengaruh
dalam hidup manusia. Akan tetapi,
apakah arti “RINDU” itu sendiri? Dan kenapa ada rasa RINDU?
AKRASIA (KELEMAHAN KEHENDAK)
Kelemahan Kehendak (Akrasia)
Kelemahan kehendak berasal dari kata Akrasia, yaitu a dan kratēs, yang berarti tanpa kekuatan. Pandangan tentang kelemahan kehendak merupakan tanggapan Aristoteles atas pandangan Sokrates. Soktares mengatakan bahwa orang yang melakukan hal yang baik karena orang itu mengetahui apa yang baik. Dalam hal ini, jika orang melakukan yang tidak baik itu karena orang tidak mengetahui apa yang baik. Dengan kata lain, melakukan yang tidak baik karena ketidaktahuan (ignorance). Terhadap pandangan Sokrates tersebut, Aristoteles mengatakan bahwa adakalanya bahwa orang melakukan sesuatu yang tidak baik karena kelemahan kehendak. Artinya bahwa ada peristiwa di mana seseorang telah memutuskan dan mempertimbangkan dengan baik untuk melakukan sesuatu yang baik, akan tetapi karena kelemahan kehendak (akrasia) sehingga dalam pelaksanaannya justru ia melakukan hal yang tidak baik.
Lebih lanjut Aristoteles menjelaskan bahwa jiwa manusia terdiri atas beberapa bagian. Oleh karena itu, tidak bisa dipungkiri juga bahwa antara bagian-bagian itu bisa terjadi konflik. Misalnya, konflik antara pengetahuan dan keinginan. Berdasarkan pengetahuan bahwa merokok itu merugikan kesehatan. Akan tetapi, orang yang mengetahui merokok dapat merugikan kesehatan justru merokok. Jadi, menurut Aristoteles bahwa dalam situasi konkrit kadang-kadang rasio dikalahkan oleh keinginan. Sekali lagi perlu ditegaskan bahwa problema seperti dijelaskan dalam contoh tersebut terjadi karena adalanya kelehaman kehendak (akrasia).
Filsafat sebagai Ilmu Kritis
Filsafat sebagai Ilmu Kritis
Pengantar
Banyak orang bingung tentang peranan filsafat dalam kehidupan bermasyarakat. Tidak hanya bingung tetapi juga menilai bahwa filsafat hanyalah ilmu yang penuh dengan argumen-argumen yang membingungkan. Orang berpikir dan mengatakan seperti itu sebenarnya tidak ada salahnya, karena bisa saja terjadi karena orang tidak mengeti tentang filsafat dan peranannya dalam hidup bermasyarakat. Karena itu, Prof. Dr. Frans Magnis-Suseno, SJ memaparkan tentang pentingnya filsafat dalam hidup manusia. Dalam hal ini, yang sangat diperhatikannya adalah pengaruh filsafat dalam hidup manusia dan filsafat sebagai ilmu kritis.
Filsafat dalam Realitas Hidup Manusia
Hampir semua filsafat besar di Barat memiliki minat akan politik. Sebut saja beberapa tokoh seperti Plato mengembangkan filsafat tentang idea-idea karena prihatin dengan keadaan politik di Athena, Aristoteles dengan etikanya yang terkenal sampai sekarang, dan aliran Stoa dengan paham hukum kodrat. Selain itu, dapat juga disebutkan filsuf-filsuf yang menghubungkan teologi dan filsafat Agustinus dan Thomas Aquinas.
Langganan:
Komentar (Atom)