Minggu, 14 Juni 2015

APA ITU RINDU?

APA ITU RINDU?
“RINDU” adalah sebuah kata yang tidak lazim kita dengar, bahkan diucapkan setiap hari. Bagi mereka yang tengah mengadu nasib di tanah rantau; mengatakan “rindu akan kampung halaman atau bertemu orang tua” serikali terucap. Bagi mereka yang tengah kasmaran, kata RINDU pun seringkali dijadikan status media social dengan segala pola dan bentuknya.
Saya pun jadi teringat akan status seorang sahabat di facebook. Dia menuliskan,  “Lagi merajut RINDU di antara malam yang dingin dan jarak yang terlampau jauh. Semoga RINDU ini selamat sampai tujuan.”  Ada juga seorang sahabat yang mengirim pesan, “RINDU itu seperti bumi menanti hujan, seperti malam menanti datangnya pagi, seperti langit yang diterangi bintang, dan seperti gelap yang mengharpakan cahaya.” Itulah dua contoh, betapa RINDU itu sangat berpengaruh dalam hidup manusia.  Akan tetapi, apakah arti “RINDU” itu sendiri? Dan kenapa ada rasa RINDU?

Menurut KBBI, RINDU berarti “sangat ingin atau berharap benar terhadap sesuatu.”  Sedangkan KERINDUAN berarti “keinginan dan harapan (akan bertemu).”  Dari definisi singkat itu, setiap orang pun mencoba mendefinisikan kembali arti RINDU sesuai dengan pengalaman masing-masing.  Saudara FreiPits mengatakan, “RINDU adalah ketika kamu menginginkan kehadiran seseorang atau sesuatu yang sudah lama tidak kamu temui atau lakukan.” Sementara bapak Vianox menguraikan RINDU sebagai perasaan yang tiba-tiba muncul saat kita menginginkn sesuatu yang pernah ada, mendambakan suasana yang pernah terjadi di masa lalu, atau baru saja pergi dan menghilang.
Berdasarkan definisi-definisi yang dikatakan tersebut, kita pun setidaknya bisa menjawab, mengapa ada rasa RINDU? Tentu banyak alasan yang terkuak, namun yang pasti RASA RINDU ada karena perasaan membutuhkan sesuatu atau ada yang dibutuhkan dari perasaaan.
Mendefinisikan RINDU tentu mudah dan kita semua pasti bisa mengungkapkannya. Akan tetapi tidak semua orang mampu mengatasi rasa RINDU yang menghantui diri.  Ya…, mengatasi KERINDUAN memang gampang-gampang susah. Seandainya obyek KERINDUAN itu bisa langsung digapai, mengatasi rasa RINDU terbilang mudah. Misalnya, RINDU dengan pacar yang tinggalnya ngga jauh-jauh amat dari tempatmu; maka samperin aja. Caranya simple kan? Meskipun demikian, sesuatu yang mudah digapai kadang-kadang menghasilkan buah tak sedap. Ada yang mengatakan bahwa RINDU adalah cinta yang berlebihan. Ketika hal itu menguasai diri, maka MENJAGA DIRI menjadi keharusan di balik kerinduan yang menyelimuti. Bukan untuk siapa-siapa tetapi, untuk kesucian arti sebuah kerinduan.
Akan tetapi, hal yang paling rumit adalah mengatasi rasa RINDU akan obyek atau yang tidak bisa langsung diwujudkan. Misalnya, mereka yang berpacaran jarak jauh (LDR). Merindukan seseorang yang punya ruang khusus di hati, kata saudara Boni Oops. Mungkin, terkesan terpenuhi atau sedikit terpenuhi kala komunikasi melalui dunia maya mengambil alih. Sayangnya, ada yang merasa komunikasi melalui dunia maya tak memberikan kepuasan hati.
Menjadi lebih rumit lagi, ketika obyek atau orang yang dirindukan sedang tak ingin dirindukan. Alhasil, telepon dicuekin, chat kita ngga di balas, dan lain-lain. Fefomena itu seringkali membuat orang menahan rasa RINDU. Sampai kapan? Mungkin sampai pada akhirnya kamu sendiri merasa sakit hati. Hahahahha… Sebenarnya saya hanya ingin mengatakan bahwa seringkali orang menyesal karena ia takut untuk mengungkapkan KERINDUAN di hatinya.
Intinya memang jelas bahwa mengatasi rasa RINDU itu bersifat subyektif.  Akan tetapi, ingatlah, om Igen berkata, “RINDU itu memang pedih, tapi ia adalah kepedihan berujung manis. Karena ada kebahagiaan tak terkira saat RINDU itu berhasil diungkapkan.” Apakah RINDU itu? Dan mengapa ada RINDU? Kita semua bisa mengatakannya. Bagi saya, RINDU adalah cinta yang ingin hidup, karena hidup itu cinta. (NEXT Episode.... CINTA)
Coretan tanpa koreksi……menyambut mentari dengan secangkir kopi pahit…

Cipinang, 15 Juni 2015

Tidak ada komentar:

Posting Komentar