APA ITU RINDU?
“RINDU” adalah sebuah kata yang tidak lazim
kita dengar, bahkan diucapkan setiap hari. Bagi mereka yang tengah mengadu
nasib di tanah rantau; mengatakan “rindu akan kampung halaman atau bertemu
orang tua” serikali terucap. Bagi mereka yang tengah kasmaran, kata RINDU pun
seringkali dijadikan status media social dengan segala pola dan bentuknya.
Saya pun jadi teringat akan status seorang
sahabat di facebook. Dia menuliskan, “Lagi merajut RINDU di antara malam yang
dingin dan jarak yang terlampau jauh. Semoga RINDU ini selamat sampai
tujuan.” Ada juga seorang sahabat yang
mengirim pesan, “RINDU itu seperti bumi menanti hujan, seperti malam menanti
datangnya pagi, seperti langit yang diterangi bintang, dan seperti gelap yang
mengharpakan cahaya.” Itulah dua contoh, betapa RINDU itu sangat berpengaruh
dalam hidup manusia. Akan tetapi,
apakah arti “RINDU” itu sendiri? Dan kenapa ada rasa RINDU?
Menurut KBBI, RINDU
berarti “sangat ingin atau berharap benar terhadap sesuatu.” Sedangkan KERINDUAN berarti “keinginan dan
harapan (akan bertemu).” Dari definisi
singkat itu, setiap orang pun mencoba mendefinisikan kembali arti RINDU sesuai
dengan pengalaman masing-masing. Saudara
FreiPits mengatakan, “RINDU adalah ketika kamu menginginkan kehadiran seseorang
atau sesuatu yang sudah lama tidak kamu temui atau lakukan.” Sementara bapak
Vianox menguraikan RINDU sebagai perasaan yang tiba-tiba muncul saat kita
menginginkn sesuatu yang pernah ada, mendambakan suasana yang pernah terjadi di
masa lalu, atau baru saja pergi dan menghilang.
Berdasarkan
definisi-definisi yang dikatakan tersebut, kita pun setidaknya bisa menjawab,
mengapa ada rasa RINDU? Tentu banyak alasan yang terkuak, namun yang pasti RASA
RINDU ada karena perasaan membutuhkan sesuatu atau ada yang dibutuhkan dari
perasaaan.
Mendefinisikan
RINDU tentu mudah dan kita semua pasti bisa mengungkapkannya. Akan tetapi tidak
semua orang mampu mengatasi rasa RINDU yang menghantui diri. Ya…, mengatasi KERINDUAN memang
gampang-gampang susah. Seandainya obyek KERINDUAN itu bisa langsung digapai,
mengatasi rasa RINDU terbilang mudah. Misalnya, RINDU dengan pacar yang
tinggalnya ngga jauh-jauh amat dari tempatmu; maka samperin aja. Caranya simple kan? Meskipun demikian, sesuatu
yang mudah digapai kadang-kadang menghasilkan buah tak sedap. Ada yang
mengatakan bahwa RINDU adalah cinta yang berlebihan. Ketika hal itu menguasai
diri, maka MENJAGA DIRI menjadi keharusan di balik kerinduan yang menyelimuti.
Bukan untuk siapa-siapa tetapi, untuk kesucian arti sebuah kerinduan.
Akan tetapi,
hal yang paling rumit adalah mengatasi rasa RINDU akan obyek atau yang tidak
bisa langsung diwujudkan. Misalnya, mereka yang berpacaran jarak jauh (LDR). Merindukan
seseorang yang punya ruang khusus di hati, kata saudara Boni Oops. Mungkin,
terkesan terpenuhi atau sedikit terpenuhi kala komunikasi melalui dunia maya
mengambil alih. Sayangnya, ada yang merasa komunikasi melalui dunia maya tak
memberikan kepuasan hati.
Menjadi lebih
rumit lagi, ketika obyek atau orang yang dirindukan sedang tak ingin
dirindukan. Alhasil, telepon dicuekin, chat kita ngga di balas, dan lain-lain. Fefomena
itu seringkali membuat orang menahan rasa RINDU. Sampai kapan? Mungkin sampai
pada akhirnya kamu sendiri merasa sakit hati. Hahahahha… Sebenarnya saya hanya
ingin mengatakan bahwa seringkali orang menyesal karena ia takut untuk
mengungkapkan KERINDUAN di hatinya.
Intinya memang
jelas bahwa mengatasi rasa RINDU itu bersifat subyektif. Akan tetapi, ingatlah, om Igen berkata, “RINDU
itu memang pedih, tapi ia adalah kepedihan berujung manis. Karena ada
kebahagiaan tak terkira saat RINDU itu berhasil diungkapkan.” Apakah RINDU itu?
Dan mengapa ada RINDU? Kita semua bisa mengatakannya. Bagi saya, RINDU adalah
cinta yang ingin hidup, karena hidup itu cinta. (NEXT Episode.... CINTA)
Coretan tanpa koreksi……menyambut mentari dengan
secangkir kopi pahit…
Cipinang, 15 Juni 2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar