Minggu, 14 Juni 2015

Rendahkanlah Dirimu

Rendahkanlah Dirimu
(1Korintus 4: 6-21)
1.                  Struktur Teks
Perikop 1Korintus 4: 6-21 membicarakan tentang perpecahan dalam jemaat Korintus. Untuk memahami pengajaran tentang perpecahan tersebut, saya membagi pola pikiran Paulus dalam dua bagian, yaitu 1 Kor 4: 6-13 dan 1 Kor 4: 14-21.
a.      1 Korintus 4: 6-13
Dalam menyampaikan ajarannya, Paulus pertama-tama membicarakan tentang dirinya dan rekan kerjanya, yaitu Apolos. Dalam hal ini Paulus dan Apolos merupakan teladan dalam memahami ungkapan, “Jangan melampaui yang ada tertulis.” (ayat 6) Artinya, Paulus mengajak umat Korintus untuk tidak melampaui (beyond) Kitab Perjanjian Lama.[1] Tidak melampaui dalam arti tidak mengacaukan makna jelas dari Kitab Suci tersebut.[2] Hal itu dikatakan Paulus mengingat masyarakat Korintus menyombongkan diri dengan apa yang mereka miliki, membangga-bangkan pewarta tertentu dan menjelekkan yang lain. “Supaya jangan ada di antara kamu  yang menyombongkan diri dengan jalan mengutamakan yang satu dari pada yang lain.” (ayat 6)
Oleh karena itu dalam ayat 7-8 Paulus menyindir umat Korintus dengan kata-kata yang keras. Paulus mengajukan pertanyaan retoris[3], “Siapakah yang menganggap engkau begitu penting? Apakah yang engkau punyai, yang tidak engkau terima? Jika engkau memang menerimanya, mengapakah engkau memegahkan diri, seolah-olah engkau tidak menerimanya? (ayat 7) Paulus mengajukan pertanyaan-pertanyaan tersebut mengingat masyarakat Korintus tidak bersyukur atas segala sesuatu yang telah mereka terima dan miliki sebagaimana telah dilakukan Paulus sendiri. (cf: 1 Kor 1: 4). Selain itu, Paulus juga melihat adanya kecongkakan umat Korintus yang merasa solah-olah sudah masuk Kerajaan Allah dan menikmati kebahagian sebagai raja tanpa bantuan para Rasul. (ayat 8).[4]
Selanjutnya, dalam ayat 9-13 Paulus memberikan penjelasan mengenai pertanyaan retoris yang telah disampaikannya. Paulus mengawalinya dengan opini yang menegaskan bahwa Para Rasul telah menerima karunia dari Allah untuk memberitakan Injil kepada semua orang.[5] Kemudian Paulus menjelaskan sikap Para Rasul yang seharusnya diikuti umat Korintus. Paulus mengatakan bahwa Para Rasul memiliki kedudukan yang rendah di dunia, bodoh karena Kristus,  lemah,  hina, lapar, haus, telanjang, dan mengembara. Akan tetapi, mereka melakukan pekerjaan yang berat, memberkati orang yang memaki mereka dan sabar menanggung penganiayaan. Sedangkan umat Korintus yang arif dalam Kristus, kuat, dan mulia tidak mampu melakukan pekerjaan seperti Para Rasul.
b.      1 Korintus 4: 14-21
Bagian ini merupakan penutup dari surat Paulus. Di dalamnya, Paulus menyampaikan beberapa pemberitahuan sebagai penegasan atas apa yang telah dibicarakannya. Pertama-tama Paulus menyampaikan maksud suratnya, “…bukan untuk memalukan kamu, tetapi untuk menegor kamu…”. Artinya, tujuan surat Paulus adalah hanya mau meluruskan dan memperbaiki kesalahan yang dilakukan umat Korintus. Hal itu dilakukan Paulus karena ia tidak ingin mencelakakan anak-anaknya yang terkasih.[6] Paulus pun menyebut dirinya sebagai ayah rohani umat Korintus, karena ia melahirkan mereka dalam Kristus.[7] Oleh karena itu sekali lagi Paulus menegaskan, “Turutilah teladanku.” (ayat 16)
Untuk membimbing umat Korintus, Paulus mengirim Timoteus. Paulus menyebut Timoteus sebagai anak yang terkasih dan yang setia dalam Tuhan. Dalam hal ini, Timoteus sama seperti Paulus mendasarkan semua pekerjaannya dalam Kristus. (cf: 1 Kor 16: 10; Flp 2: 20)[8] Akan tetapi, tetap ada yang menyombongkan diri karena mengira bahwa Paulus sendiri tidak datang. (ayat 18) Memang Paulus tidak menjanjikan bahwa ia akan segera ke Korintus karena harus sesuai dengan kehendak Tuhan. (ayat 19) Akhirnya, Paulus  kembali menegaskan bahwa “Kerajaan Allah bukan terdiri dari perkataan tetapi dari kuasa.” Artinya bahwa kekuatan Allahlah yang memampukan seseorang membangun jemaat, bukan sekedar berkata-kata.[9] Oleh karena itu, Paulus memberikan pilihan bebas kepada umat Korintus untuk memilih apa yang mereka kehendaki. (ayat 21)


2.                  Konteks
Pewartaan Paulus dalam 4: 6-21 memiliki hubungan dengan bagian sebelumnya, yaitu bab 1-3. Martin Harun menulis bahwa hamper empat bab (1:10-4:21) digunakan untuk membahas masalah perpecahan atau faksi-faksi yang ada di dalam jemaat Korintus.[10] Umat Korintus terpecah-pecah karena membading-bandingkan dan mengutamakan pewarta yang satu dengan yang lain. “Kamu masing-masing berkata: Aku dari golongan Paulus. Atau aku dari golongan Apolos. Atau Aku dari golongan Kefas. Atau Aku dari golongan Kristus.” (1Kor 1: 12). Hubungannya tampak dengan jelas dalam ayat 6, “Supaya jangan ada di antara kamu  yang menyombongkan diri dengan jalan mengutamakan yang satu dari pada yang lain.” (1 Kor 4: 6) 
Lalu, bagaimana hubungan antara bab 4 dengan bab 5? Bab 5 tampaknya membicarakan tema yang lain. Martin Harun menulis bahwa bab 5: 1-11:34 memahas pelbagai persolan prilaku jemaat Korintus.[11] “Memang orang mendengar, bahwa ada percabulan di antara kamu, dan percabulan yang begitu rupa, seperti yang tidak terdapat sekalipun di antara bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah, yaitu ada oang yang hidup dengan istri ayahnya. (1 Kor 5:1) Jadi, jelaslah bahwa tema yang dibicarakan dalam bab 4 berbeda dengan tema yang dibicarakan dalam bab 5. Bab 4 membicarakan tentang perpecahan sedangkan bab 5 membicarakan prilaku.
3.                  Istilah atau kiasan
a.      Jangan melampaui apa yang ada tertulis (1 Kor 4: 6)
Penyataan “Jangan melampaui apa yang ada tertulis”, rupanya merupakan pepatah Yahudi yang berarti orang hendaknya jangan mengacaukan kejelasan makna Kitab Suci.[12] Dalam hal ini, Paulus menegur jemaat Korintus dengan kata-kata dari Perjanjian Lama. Paulus mengharapkan agar jemaat Korintus tidak melampaui Kitab Perjanjian Lama sebab kitab itu tetap berarti bagi mereka. Grosheide mengatakan bahwa ‘yang ada tertulis’ (which are written) menunjuk pada Kitab Perjanjian Lama.[13] Lebih lanjut Grosheide mengatakan bahwa teks itu merupakan intisari dari etika pengajaran Paulus.[14]
b.      Bodoh oleh karena Kristus (1 Kor 4: 10)
Teks lain yang membicarakan hal yang sama adalah “Sebab pemberitaan tentang salib memang adalah kebodohan bagi mereka yang akan binasa, tetapi bagi kita yang diselamatkan pemberitaan itu adalah kekuatan Allah.” (1Kor 1:18) “Malahan semuanya kuanggap rugi, karena pengenalan akan Yesus Kristus, Tuhanku, yang lebih mulia dari semuanya.” (Flp 3:8). Jadi, penyataan “bodoh karena Kristus”  yang dikenakan pada para rasul dipahami sebagai orang bodoh di mata dunia yang tidak mengenal Kristus.[15] Dalam hal ini, orang-orang yang tidak mengenal Kristus menilai tindakan para rasul (pemberitan tentang salib) sebagai kebodohan. Oleh karena itu, konsekuensi bagi mereka yang bodoh dalam Kristus adalah hina dalam dunia yang tidak mengenal Kristus.  
c.       Kerajaan Allah bukan terdiri dari perkataan, tetapi tentang kekuatan Allah (1 Kor 4:20)
Maksud pernyataan di atas adalah kefasihan berbicara tidaklah begitu penting untuk membangun jemaat. Kekuatan Allahlah yang merupakan unsurnya yang terdalam.[16] Dalam konteks jemaat Korintus, bahwa ada orang yang membangun jemaat tetapi mengandalkan kekuatannya sendiri dan tidak mengandalkan Allah. Kekuatan Allah merupakan dasar yang memperkokoh persekutuan suatu jemaat. Jadi, pembentukan suatu jemaat tidak bisa tanpa bantuan kekuatan Allah.
4.                  Inti Pesan Paulus
Hemat saya, inti pesan Paulus dalam 1 Korintus 4: 6-21 terdapat dalam ayat 6, yaitu “Jangan melampaui yang ada tertulis, supaya jangan ada di antara kamu  yang menyombongkan diri dengan jalan mengutamakan yang satu dari pada yang lain.” Artinya bahwa pewartaan itu tentu memiliki pendasaran. Pendasaran yang penting adalah Kitab Suci. Sebagaimana Paulus menegur umat Korintus agar tidak melupakan Kitab Perjanjian Lama. Selain pendasaran, obyek pewartaan juga penting diperhatikan. Sebagai orang Kristiani, obyek pewartaannya tentu adalah Yesus Kristus. Oleh karena itu, tidak perlu memilah-milah dan mengutamakan pewarta yang satu dari pada yang lain; yang akhirnya melahirkan perpecahan.
5.                  Pesan yang aktual untuk jemaat Jakarta
Mengutamakan dan membanding-bandingkan pewarta yang satu dengan pewarta yang lain. Hemat saya, hal itu sangat aktual dan penting untuk pewartaan di jemaat Jakarta. Sering terjadi bahwa umat memilih-milih dan membandingkan romo yang satu dengan yang lain. Ada jemaat yang menyukai romo tertentu karena kotbahnya. Ada yang menyukai romo tertentu karena kecakepannya. Bahkan ada yang mengatakan, “Romo Gue.” Intinya bahwa gejala membanding-bandingkan romo yang satu dengan lain sering muncul di antara umat dengan kriteria atau alasannya masing-masing. Padahal semua romo sama-sama mewartakan Kristus.
Paulus menjadi pembimbing rohani atau ayah rohani yang melahirkan jemaat Korintus dalam Kristus. (1 Kor 4:15) Hal yang menjadi perhatian saya di sini adalah menjadi pembimbing rohani yang melahirkan jemaat dalam Kristus. Banyak romo, bruder, dan suster di Jakarta yang menjadi pembimbing rohani orang tertentu. Akan tetapi, tidak semuanya menghasilkan buah sebagaimana sebagaimana dikatakan Paulus di atas. Ada romo, suster, dan bruder yang kemudian meninggalkan jalan hidupnya sebagai imam, biarawan dan biarawati karena masalah tertentu dengan anak bimbingannya.  
6.                  Pertanyaan-pertanyaan
1.      Apa yang menjadi spirit Paulus dalam mewartakan Injil?
2.      Jelaskan maksud pernyataan, “Jangan melampaui yang ada tertulis.”!
3.      Bagaimana cara Paulus menegur jemaat Korintus?
4.      Jelaskan maksud pernyataan, “Kami bodoh oleh karena Kristus”!
5.      Jelaskan maksud penyataan yang ada dalam 1 Kor 4:20!
6.      Jelaskan hubungan antara Paulus dengan Timoteus!
7.      Pada bagian akhir (ayat21) Paulus mengajukan pilihan bebas kepada jemaat Korintus. Apakah hal itu menunjukkan ketidaktegasan sikap Paulus? Jelaskan!
8.      Bagaimana Paulus menggambarkan relasinya dengan umat Korintus?
9.      Apakah alasan dasar Paulus menyindir umat Korintus dengan keras?
10.  Jelaskan pandangan Paulus mengenai para rasul!
11.  Jelaskan kepribadian Paulus berdasarkan 1 Kor 4: 6-21!
12.  “Kata-kata ini kukenakan pada diriku sendiri dan Apolos.” Jelaskan maksud penyataan Paulus tersebut?
13.  Bagaimana Paulus menilai perpecahan yang terjadi dalam jemaat Korintus?

Kepustakaan
Grosheide, F.W. The New International Commentary on The New Testament: The First Epistle To The Corinthians. Michigan: Grand Rapids, 1979.
Harun, Martin. Surat-Surat Paulus: Pengantar, Tafsir, Teologi. Jakarta: STF Driyarkara, 2009.
LBI. Surat-Surat Paulus 2. Yogyakarta: Kanisius, 1991.
Purnomo, Albertus. “Diktat Kuliah Tafsir Paulus”.



[1] F.W Grosheide, The New International Commentary on The New Testament: The First Epistle To The Corinthians (Michigan: Grand Rapids, 1979), hlm. 103.
[2] LBI. Surat-Surat Paulus 2 (Yogyakarta: Kanisius, 1991), hlm. 33.
[3] Grosheide, op.cit., hlm. 105.
[4] Lbi, op.cit., hlm. 33.
[5] Grosheide, op.cit., hlm. 106.
[6] LBI, op.cit.,  hlm. 34.
[7] LBI, ibid.
[8] Grosheide, op.cit., hlm. 114.
[9] LBI, op.cit., hlm. 35.
[10] Martin Harun, Surat-Surat Paulus: Pengantar, Tafsir, Teologi (Jakarta: STF Driyarkara, 2009), hlm. 88.
[11] Harun, Ibid., hlm. 89.
[12] LBI, op.cit., hlm. 33.
[13] Grosheide, op.cit., hlm. 103.
[14] Grosheide, ibid., hlm. 104.
[15] Grosheide, ibid., hlm. 107.
[16] LBI., op.cit., hlm. 35.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar