Rendahkanlah Dirimu
(1Korintus 4: 6-21)
1.
Struktur Teks
Perikop
1Korintus 4: 6-21 membicarakan tentang perpecahan dalam jemaat Korintus. Untuk
memahami pengajaran tentang perpecahan tersebut, saya membagi pola pikiran
Paulus dalam dua bagian, yaitu 1 Kor 4: 6-13 dan 1 Kor 4: 14-21.
a. 1 Korintus
4: 6-13
Dalam menyampaikan ajarannya, Paulus pertama-tama membicarakan
tentang dirinya dan rekan kerjanya, yaitu Apolos. Dalam hal ini Paulus dan
Apolos merupakan teladan dalam memahami ungkapan, “Jangan melampaui yang ada
tertulis.” (ayat 6) Artinya, Paulus mengajak umat Korintus untuk tidak
melampaui (beyond) Kitab Perjanjian
Lama.[1]
Tidak melampaui dalam arti tidak mengacaukan makna jelas dari Kitab Suci
tersebut.[2] Hal
itu dikatakan Paulus mengingat masyarakat Korintus menyombongkan diri dengan
apa yang mereka miliki, membangga-bangkan pewarta tertentu dan menjelekkan yang
lain. “Supaya jangan ada di antara kamu yang
menyombongkan diri dengan jalan mengutamakan yang satu dari pada yang lain.”
(ayat 6)
Oleh karena itu dalam ayat 7-8 Paulus menyindir umat
Korintus dengan kata-kata yang keras. Paulus mengajukan pertanyaan retoris[3], “Siapakah
yang menganggap engkau begitu penting? Apakah yang engkau punyai, yang tidak
engkau terima? Jika engkau memang menerimanya, mengapakah engkau memegahkan
diri, seolah-olah engkau tidak menerimanya? (ayat 7) Paulus mengajukan
pertanyaan-pertanyaan tersebut mengingat masyarakat Korintus tidak bersyukur
atas segala sesuatu yang telah mereka terima dan miliki sebagaimana telah
dilakukan Paulus sendiri. (cf: 1 Kor 1: 4). Selain itu, Paulus juga melihat adanya
kecongkakan umat Korintus yang merasa solah-olah sudah masuk Kerajaan Allah dan
menikmati kebahagian sebagai raja tanpa bantuan para Rasul. (ayat 8).[4]
Selanjutnya, dalam ayat 9-13 Paulus memberikan
penjelasan mengenai pertanyaan retoris yang telah disampaikannya. Paulus
mengawalinya dengan opini yang menegaskan bahwa Para Rasul telah menerima
karunia dari Allah untuk memberitakan Injil kepada semua orang.[5] Kemudian
Paulus menjelaskan sikap Para Rasul yang seharusnya diikuti umat Korintus.
Paulus mengatakan bahwa Para Rasul memiliki kedudukan yang rendah di dunia,
bodoh karena Kristus, lemah, hina, lapar, haus, telanjang, dan mengembara.
Akan tetapi, mereka melakukan pekerjaan yang berat, memberkati orang yang
memaki mereka dan sabar menanggung penganiayaan. Sedangkan umat Korintus yang
arif dalam Kristus, kuat, dan mulia tidak mampu melakukan pekerjaan seperti
Para Rasul.
b. 1 Korintus
4: 14-21
Bagian ini merupakan penutup dari surat Paulus. Di
dalamnya, Paulus menyampaikan beberapa pemberitahuan sebagai penegasan atas apa
yang telah dibicarakannya. Pertama-tama Paulus menyampaikan maksud suratnya,
“…bukan untuk memalukan kamu, tetapi untuk menegor kamu…”. Artinya, tujuan
surat Paulus adalah hanya mau meluruskan dan memperbaiki kesalahan yang
dilakukan umat Korintus. Hal itu dilakukan Paulus karena ia tidak ingin
mencelakakan anak-anaknya yang terkasih.[6] Paulus
pun menyebut dirinya sebagai ayah rohani umat Korintus, karena ia melahirkan
mereka dalam Kristus.[7]
Oleh karena itu sekali lagi Paulus menegaskan, “Turutilah teladanku.” (ayat 16)
Untuk membimbing umat Korintus, Paulus mengirim
Timoteus. Paulus menyebut Timoteus sebagai anak yang terkasih dan yang setia
dalam Tuhan. Dalam hal ini, Timoteus sama seperti Paulus mendasarkan semua
pekerjaannya dalam Kristus. (cf: 1 Kor 16: 10; Flp 2: 20)[8]
Akan tetapi, tetap ada yang menyombongkan diri karena mengira bahwa Paulus
sendiri tidak datang. (ayat 18) Memang Paulus tidak menjanjikan bahwa ia akan
segera ke Korintus karena harus sesuai dengan kehendak Tuhan. (ayat 19)
Akhirnya, Paulus kembali menegaskan
bahwa “Kerajaan Allah bukan terdiri dari perkataan tetapi dari kuasa.” Artinya
bahwa kekuatan Allahlah yang memampukan seseorang membangun jemaat, bukan
sekedar berkata-kata.[9]
Oleh karena itu, Paulus memberikan pilihan bebas kepada umat Korintus untuk
memilih apa yang mereka kehendaki. (ayat 21)
2.
Konteks
Pewartaan Paulus dalam 4: 6-21 memiliki hubungan
dengan bagian sebelumnya, yaitu bab
1-3. Martin Harun menulis bahwa hamper empat bab (1:10-4:21) digunakan untuk
membahas masalah perpecahan atau faksi-faksi yang ada di dalam jemaat Korintus.[10]
Umat Korintus terpecah-pecah karena membading-bandingkan dan mengutamakan pewarta
yang satu dengan yang lain. “Kamu masing-masing berkata: Aku dari golongan
Paulus. Atau aku dari golongan Apolos. Atau Aku dari golongan Kefas. Atau Aku
dari golongan Kristus.” (1Kor 1: 12). Hubungannya tampak dengan jelas dalam
ayat 6, “Supaya jangan ada di antara kamu
yang menyombongkan diri dengan jalan mengutamakan yang satu dari pada
yang lain.” (1 Kor 4: 6)
Lalu, bagaimana hubungan antara bab 4 dengan bab 5?
Bab 5 tampaknya membicarakan tema yang lain. Martin Harun menulis bahwa bab 5:
1-11:34 memahas pelbagai persolan prilaku jemaat Korintus.[11] “Memang
orang mendengar, bahwa ada percabulan di antara kamu, dan percabulan yang
begitu rupa, seperti yang tidak terdapat sekalipun di antara bangsa-bangsa yang
tidak mengenal Allah, yaitu ada oang yang hidup dengan istri ayahnya. (1 Kor
5:1) Jadi, jelaslah bahwa tema yang dibicarakan dalam bab 4 berbeda dengan tema
yang dibicarakan dalam bab 5. Bab 4 membicarakan tentang perpecahan sedangkan
bab 5 membicarakan prilaku.
3.
Istilah atau kiasan
a.
Jangan melampaui apa yang ada tertulis (1 Kor 4: 6)
Penyataan “Jangan melampaui apa yang ada tertulis”,
rupanya merupakan pepatah Yahudi yang berarti orang hendaknya jangan
mengacaukan kejelasan makna Kitab Suci.[12]
Dalam hal ini, Paulus menegur jemaat Korintus dengan kata-kata dari Perjanjian
Lama. Paulus mengharapkan agar jemaat Korintus tidak melampaui Kitab Perjanjian
Lama sebab kitab itu tetap berarti bagi mereka. Grosheide mengatakan bahwa ‘yang
ada tertulis’ (which are written)
menunjuk pada Kitab Perjanjian Lama.[13] Lebih
lanjut Grosheide mengatakan bahwa teks itu merupakan intisari dari etika
pengajaran Paulus.[14]
b.
Bodoh oleh karena Kristus (1 Kor 4: 10)
Teks lain yang membicarakan hal yang sama adalah “Sebab
pemberitaan tentang salib memang adalah kebodohan bagi mereka yang akan binasa,
tetapi bagi kita yang diselamatkan pemberitaan itu adalah kekuatan Allah.”
(1Kor 1:18) “Malahan semuanya kuanggap rugi, karena pengenalan akan Yesus
Kristus, Tuhanku, yang lebih mulia dari semuanya.” (Flp 3:8). Jadi, penyataan
“bodoh karena Kristus” yang dikenakan
pada para rasul dipahami sebagai orang bodoh di mata dunia yang tidak mengenal
Kristus.[15]
Dalam hal ini, orang-orang yang tidak mengenal Kristus menilai tindakan para
rasul (pemberitan tentang salib) sebagai kebodohan. Oleh karena itu,
konsekuensi bagi mereka yang bodoh dalam Kristus adalah hina dalam dunia yang
tidak mengenal Kristus.
c.
Kerajaan Allah bukan terdiri dari perkataan, tetapi
tentang kekuatan Allah (1 Kor 4:20)
Maksud pernyataan di atas adalah kefasihan berbicara
tidaklah begitu penting untuk membangun jemaat. Kekuatan Allahlah yang
merupakan unsurnya yang terdalam.[16] Dalam
konteks jemaat Korintus, bahwa ada orang yang membangun jemaat tetapi
mengandalkan kekuatannya sendiri dan tidak mengandalkan Allah. Kekuatan Allah
merupakan dasar yang memperkokoh persekutuan suatu jemaat. Jadi, pembentukan
suatu jemaat tidak bisa tanpa bantuan kekuatan Allah.
4.
Inti Pesan Paulus
Hemat saya, inti pesan Paulus dalam 1 Korintus 4: 6-21
terdapat dalam ayat 6, yaitu “Jangan melampaui yang ada tertulis, supaya jangan
ada di antara kamu yang menyombongkan
diri dengan jalan mengutamakan yang satu dari pada yang lain.” Artinya bahwa
pewartaan itu tentu memiliki pendasaran. Pendasaran yang penting adalah Kitab
Suci. Sebagaimana Paulus menegur umat Korintus agar tidak melupakan Kitab
Perjanjian Lama. Selain pendasaran, obyek pewartaan juga penting diperhatikan.
Sebagai orang Kristiani, obyek pewartaannya tentu adalah Yesus Kristus. Oleh
karena itu, tidak perlu memilah-milah dan mengutamakan pewarta yang satu dari
pada yang lain; yang akhirnya melahirkan perpecahan.
5.
Pesan yang aktual untuk jemaat Jakarta
Mengutamakan dan membanding-bandingkan pewarta yang
satu dengan pewarta yang lain. Hemat saya, hal itu sangat aktual dan penting
untuk pewartaan di jemaat Jakarta. Sering terjadi bahwa umat memilih-milih dan
membandingkan romo yang satu dengan yang lain. Ada jemaat yang menyukai romo
tertentu karena kotbahnya. Ada yang menyukai romo tertentu karena kecakepannya.
Bahkan ada yang mengatakan, “Romo Gue.”
Intinya bahwa gejala membanding-bandingkan romo yang satu dengan lain sering
muncul di antara umat dengan kriteria atau alasannya masing-masing. Padahal
semua romo sama-sama mewartakan Kristus.
Paulus menjadi pembimbing rohani atau ayah rohani yang
melahirkan jemaat Korintus dalam Kristus. (1 Kor 4:15) Hal yang menjadi perhatian
saya di sini adalah menjadi pembimbing rohani yang melahirkan jemaat dalam
Kristus. Banyak romo, bruder, dan suster di Jakarta yang menjadi pembimbing
rohani orang tertentu. Akan tetapi, tidak semuanya menghasilkan buah
sebagaimana sebagaimana dikatakan Paulus di atas. Ada romo, suster, dan bruder
yang kemudian meninggalkan jalan hidupnya sebagai imam, biarawan dan biarawati
karena masalah tertentu dengan anak bimbingannya.
6.
Pertanyaan-pertanyaan
1.
Apa yang menjadi
spirit Paulus dalam mewartakan Injil?
2.
Jelaskan maksud
pernyataan, “Jangan melampaui yang ada tertulis.”!
3.
Bagaimana cara
Paulus menegur jemaat Korintus?
4.
Jelaskan maksud
pernyataan, “Kami bodoh oleh karena Kristus”!
5.
Jelaskan maksud
penyataan yang ada dalam 1 Kor 4:20!
6.
Jelaskan
hubungan antara Paulus dengan Timoteus!
7.
Pada bagian
akhir (ayat21) Paulus mengajukan pilihan bebas kepada jemaat Korintus. Apakah
hal itu menunjukkan ketidaktegasan sikap Paulus? Jelaskan!
8.
Bagaimana Paulus
menggambarkan relasinya dengan umat Korintus?
9.
Apakah alasan
dasar Paulus menyindir umat Korintus dengan keras?
10. Jelaskan pandangan Paulus mengenai para rasul!
11. Jelaskan kepribadian Paulus berdasarkan 1 Kor 4: 6-21!
12. “Kata-kata ini kukenakan pada diriku sendiri dan
Apolos.” Jelaskan maksud penyataan Paulus tersebut?
13. Bagaimana Paulus menilai perpecahan yang terjadi dalam
jemaat Korintus?
Kepustakaan
Grosheide, F.W. The New International Commentary on The New
Testament: The First Epistle To The Corinthians. Michigan: Grand Rapids,
1979.
Harun, Martin. Surat-Surat Paulus: Pengantar, Tafsir,
Teologi. Jakarta: STF Driyarkara, 2009.
LBI. Surat-Surat Paulus 2. Yogyakarta: Kanisius, 1991.
Purnomo, Albertus. “Diktat
Kuliah Tafsir Paulus”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar